Penulis : Adam Gidwitz
Penerjemah : Khairi Rumantati
Penyunting : Jia Effendie
Penyelaras : Fenty Nadia
Pewajah isi : Husni Kamal
Tebal : 230 halaman, paperback
Penerbit : Atria
Cetakan I : Juni 2011
Pernah membaca atau mendengar
tentang kisah kakak adik, Hansel dan Gretel? Iya, yang kisahnya melibatkan
penyihir dan rumah cokelat. Well, cerita di buku ini bukan seperti cerita
Hansel Gretel yang itu. Yang ini lebih.. asli dan.. berdarah-darah. Syukurlah
Sang penulis sudah memperingatkan di bagian belakang buku, bahwa ini bukan
bacaan yang tepat untuk anak-anak. Kalaupun ada anak-anak yang bersikeras
membacanya, jangan salahkan kami, karena kami sudah memperingatkan terlebih
dulu.
Kisah ini dimulai pada suatu hari
di sebuah kerajaan bernama Grimm. Hiduplah seorang pelayan yang bernama
Johannes, ia melayani keluarga kerajaan selama bertahun-tahun dan ia sangat
setia. Nah, setelah Sang Raja meninggal dan meninggalkan Raja Muda seluruh
kekayaan istana. Raja tersebut juga menyampaikan sebuah peringatan kepada
Johannes bahwa Di sebuah ruangan di dalam istana, ada lukisan seorang putri
yang cantik jelita, tapi Sang Raja Muda tidak boleh membuka kamar itu apalagi
mengetahui lukisan Putri yang cantik jelita itu. Sebuah malapetaka akan terjadi
pada Sang Raja Muda kalau ia sampai menikahi putri di lukisan itu.
Tapi namanya anak muda, kalau
dilarang biasanya malah semakin penasaran. Maka dibukalah pintu kamar itu dan
Sang Raja Muda langsung jatuh cinta kepada putri berambut emas di dalam lukisan
itu. Tentu saja Sang Raja Muda tersebut, memerintahkan Johannes dan pasukannya
untuk menjemput Puteri itu dari rumahnya di suatu pulau. Setelah berhasil
menjemput Puteri, Sang Raja Muda yang sudah menjadi Raja tersebut bersikeras akan
menjadikan putri itu Permaisurinya.
Tepat di kapal, Johannes
mendengar para gagak sedang bercakap-cakap tentang ramalan masa depan yang
menyebabkan Puteri ataupun Sang Raja kelak menjadi celaka. Tapi para Gagak juga
menjelaskan cara menghindari kutukan atau ramalan-ramalan yang buruk itu.
Karena Johannes sedemikian setianya terhadap Raja, maka ia berusaha agar Sang
Raja dan Putri tidak celaka. Meski akhirnya Johannes menerima kutukan menjadi
batu dari ujung kepala sampai ujung kaki. Nah, setelah peristiwa ”membatunya”
Johannes, Sang Ratu dan Sang Raja menaruh patung Johannes di dekat ranjangnya,
agar ketika mereka bangun di pagi hari, mereka ingat betapa setianya Johannes
kepada mereka.
Sang Raja dan Sang Puteri lalu
hidup bahagia dan memiliki seorang anak lelaki yang diberinama Hansel dan anak
perempuan yang diberi nama Gratel. Selesai? Belum. Ini baru pengantarnya.
Cerita demi cerita masih akan dibawakan oleh Sang Penulis yang di buku ini
berperan besar dalam menceritakan dongeng seram ini. Yah, nggak seram-seram
banget sih, palingan ada beberapa tukang sihir, cerita tentang Iblis dan Naga.
Yak, belum pernah denger Naga di dalam cerita Hansel Gretel kan? Kalau belum,
maka Anda harus baca buku ini, karena dongeng di dalamnya diceritakan dengan
banyak misteri dongeng yang bermacam-macam.
Sang penulis dengan semaunya seringkali menuliskan ”tamat” di beberapa
bagian cerita, meski sebenarnya belum. Yang ada malah membuat penasaran
bagaimana kelanjutan cerita petualangan kakak beradik ini. Sayangnya masih ada
beberapa typo yang muncul di sana-sini, tapi selain itu ceritanya asyik untuk
diikuti. Hurufnya yang besar-besar dan ukurannya yang tidak terlalu tebal
membuat saya betah membaca ceritanya.
Membaca
bagian awal saja anda akan langsung merasakan keunikan dari buku nyentrik ini.
Selain berdarah-darah, penulis seperti sengaja menggiring pembaca untuk
geregetan. Secara keseluruhan, versi gelap dari dongeng-dongeng Grimm yang
disusun oleh Gitwitz ini bercerita tentang dua anak, Hansel dan Gretel, yang
berkelana di dunia magis dan mengerikan. Sebagai mana judulnya, ceritanya
memang sangat kelam, namun tetap menunjukkan makna dan arti dari perjuangan
yang sesungguhnya, Bahwa Hansel dan Gretel harus rela mengorbankan dirinya,
atau menempuh perjalanan jauh nan berbahaya, untuk mencapai kebahagiaan sejati.
Namun
begitu, buku kecil ini sungguh layak untuk dibaca. Karena, sebagaimana kata
penulisnya:
“Negeri ini
sepadan untuk dijelajahi. Karena, dalam hidup, di tempat-tempat gelaplah
(sering kali)ditemukan keindahan paling bersinar dan kebijakan paling
bercahaya. Dan, tentu saja, darah terbanyak".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
dikoment yo,,ok2